This website is the archive for our old blog

Please visit our main page for the latest update

Lilypie 3rd Birthday Ticker

Tuesday, September 07, 2004

Munir Passed Away

I received a shocking and unexpected news from Jeremy this afternoon. Munir passed away on the plane en-route to the Netherlands. He was supposed to do his Master's degree on human rights law. He was only 38 year old. So very young.

My crazy mind immediately composed a conspiracy theory, that he might be arsenic poisoned (constantly vomiting is one of the symptom), by people who do not like him. But as news in detik.com shows, death of natural cause is also possible, because he has been dealing with liver problems these past few years.

I was a bit disappointed by his decision to become Amien Rais campaign manager, since I do not really trust Amien's political moves ( a lot of inconsistency in Amien's statements). But I guess his point is acceptable, that Amien Rais + Siswono is the 'cleanest' candidate among others.

Anyway, this news triggered me to dig out my past chat archives with Munir (for those who hasn't known me, I kept all my chatting archives since 1996). I knew Munir since I interviewed him about the missing activists who are kidnapped by Suharto Regime, when I was working for Jeremy. Too bad, since then, I never met him again in person, only twice I did chat with him in 2001 and 2002.

This is some of what Munir shared with me on 17 Nov 2001:

Munir:
mau ambil master ? dimana ? dan bidang apa?

Rani:
bukan master.. hanya short course enam bulan.. studi asia pasific gitu di east west center Uni of hawaii

Munir:
wah boleh juga itu. Tapi lebih mantap kalau berupaya ambil master. Mumpung masih muda. Muda ngak pernah datang dua kali

Rani:
iya nih insya allah juga, short course ini selesai tepat sebelon fall 2002, mungkin bisa langsung (kalo bisa ya beasiswa)waaaaaa kapan kawinnya nih sekolah mulu

Munir:
kawin itu bukan cita-cita, tapi sesuatu yang datang sendiri dan nggak bisa dihindari. Dia bagian tertua dari peradapan, ia bagian dari seni, dan biarlah dia datang menurut alurnya.

Rani:
jadi sekolah dan kawin itu bukan dua rencana berbeda, tapi kawin sendiri udah integrated sebagai alur hidup yang gak usah terlalu di-ngoyo-in tapi juga gak dihindari?

Munir:
Iya dong, sekolah itu sesuatu yang ada dalam perencanaan bagi ujud diri sebagai manusia dalam peradapan. Pendidikan adalah upaya membangun peradapan. Ia harus direncanakan dan diperjuangkan. Soal kawin lain lagi, dia ada dalam realitas yang berbeda. Dia datang ketika cinta dan kontraktual untuk bersama ditemukan. Jadi ia akan datang sendiri dan kita temukan dimana dunia peradapan yang terencana itu dijalankan.

Munir:
Kata-kata Gandi tentang cinta : "kalau orang mesih berhasil menulis lewat huruf hiroglif, maka cinta akan menulis dalam pilihan ruang kebenaran yang tidak terjamah". Nah jadi cinta dan perkawinan itu bukan soal fisik (jamah) tapi kebenaran dalam kejujuran menmukan kesesuaian. Ok jangan berdoa untuk dapat jodoh, tapi berdoalah untuk kebenaran. Karena disitu cinta akan ditemukan

Munir:
saya pernah jatuh cinta pada seorang gadis yang secara rasional nggak mungkin saya dapat bertemu dia, karena kami hidup dalam latar belakang yang sama sekali berbeda. Kini dia jadi istri tercinta, dan dia adalah kekuatan bagi kehidupan saya yang jauh lebih kuat dibanding jatuh bangun saya untuk belajar ilmu pengtahuan atau lainnya. Cinta itu hebat, bahkan lebih hebat dari dunia perkawinan itu

Munir:
Doa adalah bagian penuturan cinta pada sebuah cita-cita yang belum kita capai. Dia bukan urusan tuhan, tapi urusan manusia. Dan tuhan ada pada berapa besar rasa cinta kita akan kebenaran itu. nah berdoalah dengan cinta, tapi jangan berdoa untuk cinta

Rani:
bagaimana cinta bisa mengalahkan rasionalitas?

Munir:
Cinta itu dalam dirinya mengandung sebagian kecil rasionalitas, tapi penuh dengan benih rasa yang tidak perlu dihitung secara matematik mengapa dia ada. Meskipun cinta kadang harus diterima secara rasional, kapan ya kita lihat nanti dalam kehidupan individual kita

Munir:
Dalam kultur tua manusia, ada semacam budaya manipulatif yang meniadakan cinta. Lebih saja cerita siti nurbaya atau Gadis pantai, atau dalam novel pengakuan pariyem. Dalam dunia itu, seolah cinta dibatasi kelas sosial, agama, ras, etnis dst. Itulah manipulasi yang saya maksud dari kalimat umum tentang memilih cinta dengan rasionalitas.

Munir:
Rasionalitas umum tentang cinta, seolah harus dipenjara oleh ukuran ideal tentang perkawinan. Idealitas itu sering terkait dengan ukuran fisik (positifis), mungkin ekonomi, kemapanan, ketaatan agama dst.




4 Comments:

At 12/9/04 17:36, adjienegara said...

hemm..selamat jalan Munir.. gue secara pribadi ga' kenal..tapi belajar membaca beliau dari sikap dan tindakannya.. membuat saya salut sama dia.. berani memilih dan menjalani pilihan sampai dia hakiki.. terlepas benar salah hanya kita yg membuat kotak2 itu..

membaca percakapan tentang cinta dan hidup.. hemmm.. mungkin memang cinta bukan untuk dipertanyakan dan diukur2.. karena cinta tidaklah rasional.. jk cinta terukur.. itu bukan cinta.. (aih adjie sok tahu.. :))

 
At 13/9/04 08:58, Anonymous said...

Bunuh membunuh adalah hal biasa bagi segelintir manusia di Jakarta (ORBA/Militer). Misalnya:
- membunuh k.l 500 ribu PKI di pedesaan (1965)
- membunuh/perkosa etnis tionghoa di Jkt dan solo
- membunuh dan menculik mhs. (saat reformasi)
- membunuh rakyat timor (bumi hangus)
- membunuh rakyat Papua dan aceh
- mengadu domba di Ambon, Poso, Banyuwangi, Pontianak, dst....
- membunuh Bung Karno secara perlahan tapi pasti
Maka hipothesa banyak orang adalah:
Munir, Baharudin Lopa, dan Jendral idealis Agus W. itu dihabisin/dibunuh oleh kaum ORBA/Militer (AD).
Indonesia saat ini dikuasai "group pembunuh", bermarkas di Cilangkap (Mabes AD). Mereka juga gunakan Badan Intelijen! Oh, God, please motivate our people to actively fight against savage leader in Jakarta.
Retired Senior Lecturer,
Ki Pandan Aran
Yogya

 
At 29/10/04 18:51, Ririn said...

terima kasih buat sharing chatnya...
kebetulan saya juga ketemu munir waktu dia mendaftar kuliah di utrecht, sedih sekali ya, muda banget udah tiada.

 
At 15/2/05 15:46, sathila_syasya said...

Cinta emang dahsyat,setahuku Munir adalah orang yang emang penuh cinta.Seluruh hidupnya diberikan buat orang-orang disekelilingnya...total!!Dia adalah manusia langka yang sampai sekarang belum ada yang menandinginya.Semoga abadi cintamu jadi prasasti dihati kami dan engkau diterima disisiNya.Amin.

 

Post a Comment

<< Home